Sejarah


Dalam kunjungannya yang ke dua ketika Danghyang Nirarta menemui alam moksa (menemui ajal), beliau bagaikan kilat yang sangat cemerlang masuk ke angkasa, yang disaksikan oleh seorang pelaut.
Dalam Lontar Padma Bhuwana tersirat bahwa Pura Uluwatu yang terletak pada arah barat daya yang berfungsi untuk memuja Dewa Rudra salah satu Dewata Nawa Sanga. Dewa Rudra merupakan aspek dari Dewa Siwa sebagai pemrelina atau pengembali ke asal mula. Dalam Lontar ini pula tersirat bahwa Pura Uluwatu merupakan kayangan jagat yang di puja oleh seluruh umat hindu.
Sampai saat ini belum ditemukan sumber-sumber tertulis tentang Pura
Luhur Uluwatu baik dalam bentuk prasasti maupun Purana (sekarang sedang
disusun), akan tetapi terdapat beberapa lontar yang menyebutkan antara
lain Lontar Kusuma Dewa, Dwijendra Tattwa dan Padma Bhuwana. Dalam
Lontar Kusuma Dewa disebutkan beberapa Kahyangan di Bali termasuk Pura
Luhur Uluwatu didirikan yang merupakan sebagai salah satu Sad Kahyangan
dan Kahyangan Jagat yang menempati posisi barat daya (Dewa Rudra), pada
masa pemerintahan Marakata sekitar abad XI. Sementara itu dalam Lontar
Dwijendra Tattwa diceritakan bahwa Danghyang Dwijendra yang diberi
bhiseka Pedanda Sakti Wawu Rawuh yaitu seorang Pendeta Hindu dari Daha
(Jawa Timur) datang ke Bali bersama keluarganya dalam masa pemerintahan
Dalem Waturenggong sekitar tahun 1546 Masehi. Pada waktu itulah
dikatakan beliau mendirikan Pura ini, di tempat mana kemudian beliau
Moksa atau Ngeluhur, sehingga lama-kelamaan masyarakat menamai pura ini
“Pura Luhur Uluwatu”. Jadi dengan demikian Pura Luhur Uluwatu, merupakan
Pura Kahyangan Jagat, Sad Kahyangan dan sekaligus merupakan Dhang
Kahyangan.
Lokasi
Pura ini terletak di sebelah barat Desa Pecatu termasuk wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Daerah Tingkat II Badung ± 30 km arah ke selatan dari Kota Denpasar, yaitu di atas tebing yang sangat terjal dengan ketinggian antara 25 – 75 meter dari permukaan laut. Mengenai asal-usul pura ini secara etimologis adalah Luhur = Di Atas, Ulu = Ujung, Watu = Batu. Jadi Pura Luhur Uluwatu artinya pura yang didirikan di atas batu yang menjorok ke laut.
Pura ini terletak di sebelah barat Desa Pecatu termasuk wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Daerah Tingkat II Badung ± 30 km arah ke selatan dari Kota Denpasar, yaitu di atas tebing yang sangat terjal dengan ketinggian antara 25 – 75 meter dari permukaan laut. Mengenai asal-usul pura ini secara etimologis adalah Luhur = Di Atas, Ulu = Ujung, Watu = Batu. Jadi Pura Luhur Uluwatu artinya pura yang didirikan di atas batu yang menjorok ke laut.
Struktur Pura
Sebagian besar dari bahan-bahan bangunan pura ini dari palinggih-palinggihnya sampai kepada tembok dan pelatarannya dibuat dari batu karang laut, kecuali atap-atapnya yang dari ijuk, genteng dan ada pula yang memakai sirap. Bangunan Bale Wantilan yang terletak di Jaba Pura, yang bangunannya dibuat dari beton dan atapnya juga dari beton, yang tujuannya menghindari gangguan dari kera. Bangunan pokok yang terdapat di Pura Luhur Uluwatu masing-masing terdiri dari :
1) Jeroan :
-
1 buah meru tumpang tiga
-
2 buah bale tajuk di depan sebelah kanan kiri meru
-
1 buah prasada kecil
-
1 buah bale piyasan catur pandak
-
1 buah Candi Agung yang merupakan pemedal dari Jeroan ke Jaba Tengah
-
1 buah bak tempat menampung air yang khusus akan dipergunakan untuk pembuatan tirtha (air suci)
-
1 buah Candi Bentar bersayap yang merupakan pintu gerbang keluar dari Jaba Tengah ke Pura Dalem Jurit
-
2 buah Arca Ganesha
Di sebelah kanan terdapat Pura Dalem Jurit, dimana terdapat beberapa bangunan pelinggih antara lain :
-
Bebaturan seperti Tepasana yang dilengkapi 3 buah arca dan 2 buah batu berbentuk perahu kecil
-
1 buah Gedong tumpang dua.
-
2 buah Bale Tajuk
-
1 buah Bale Mundak Sari
-
1 buah Bale Piyasan
-
2 buah Pelinggih Penganan
-
2 buah Pelinggih Tugu
-
1 buah Pewaregan (Dapur Suci)
-
1 buah Bale Piyasan
-
1 buah Bale Murda
-
1 buah Bale Kulkul
Beberapa benda-benda ataupun bangunan yang merupakan peninggalan purbakala yang terdapat di Pura Luhur Uluwatu masing-masing terdiri dari :
-
Sebuah Paduraksa/Candi Kurung yang berbentuk Gapura bersayap yang diperkirakan dibangun pada abad XV
-
Dua buah Arca Ganesa
-
Sebuah arca yang disebut Ratu Bagus Jurit
-
Dua buah batu yang berbentuk perahu
-
Puri Pemecutan
-
Puri Denpasar
-
Puri Kesiman
-
Puri Mengwi
Untuk biaya upacara yang bersifat besar demikian pula biaya perbaikan-perbaikan pelinggih-pelinggih disamping didapat dari hasil palaba pura, juga bantuan dari Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Bali dan Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Badung.