Begitulah kurang lebih kisah itu dan akhirnya
Nyoman Jayaprana di kubur langsung di hutan yang tempat ia dibunuh.
Kuburan Jayaprana juga tidak kalah terkenal sehingga sering mendapat
kunjungan dari masyarakat Bali pada khususnya.
Tempat yang dulu bernama Kuburan Jayaprana sekarang
di depan di tepi jalan terpancang nama "PURA PESIMPANGAN
PADANDA SAKTI WAWU RAUH" dan selebihnya mohon maaf kami belum
mengetahui asal usul nama ini. Namun di dalam Tirta Yatra yang
hendak kami ceritakan tidak akan mengikutkan tempat itu.
Pura Agung Pulaki berlokasi di pinggir
jalan raya Gilimanuk Singaraja yang juga disebut sebagai
Pura Petirtan. Jika kita mengadakan perjalanan dari arah
barat atau dari Gilimanuk maka kita akan melewati Pura Pulaki
untuk menuju Pura Pemuteran sehingga kita harus berbalik
arah lagi untuk tujuan kedua.
Pura yang dominan dengan ornamen batu yang
berwarna hitam juga memiliki jaba tengah. Pura yang menempel
di kaki perbukitan ini membawa suasana lingkungan tersendiri
ditambah dengan suara ombak laut sekalipun sekali-sekali
kita dengar suara kendaraan lewat sehingga lengkaplah suasana
yang mendukung keberadaan Pura Agung Pulaki.
Haturan berupa Banten Pejati sebaiknya
sudah dipersiapkan, namun tutup keben-nya jangan dibuka
agar tidak mengundang anak buah dari Sang Hanoman alias
monyet yang banyak berkeliaran di sana. Semua haturan kecuali
Canang dan Kewangen sebagai sarana sembahyang dimasukkan
ke dalam tempat yang telah dikurung dengan kawat sehingga
terhindar dari jamahan monyet-monyet di sana. Tidak perlu
terganggu dengan kehadiran monyet-monyet itu karena memang
rumahnya di sana. Selama ngaturang sembah para Pemangku
Penyade akan menjaga kita dari gangguan monyet-monyet itu.
Anak-anak jangan diijinkan untuk membawa makanan di tangan
mereka karena akan menjadi jarahan dari sang monyet, bebaskanlah
tangan mereka dari makanan-makanan kecil yang dibawa. Demikian
juga setelah selesai melakukan persembahyangan jangan membagi-bagikan
prasadam atau surudan dari Banten Pejati karena semua akan
datang terkecuali kita ingin mengiklaskan semua prasadam
itu untuk sang monyet.
Persembahyangan di sini sifatnya biasa
tidak ada yang khusus terkecuali kita memang memiliki acara
khusus seperti mendak tirta dan lain sebagainya yang lebih
spesifik. Lebih di atas dari Pura Agung Pulaki ada pura
yang diberi nama Pura Pegaluhan atau Pura Luhur. Kali ini
kita tidak sampai ke sana untuk tirta yatra.
|